ARTIKEL

Kesalahan Investasi Terbesar Warren Buffett yang Bisa Jadi Pelajaran Berharga

Kesalahan Investasi Terbesar Warren Buffett yang Bisa Jadi Pelajaran Berharga

Nama Warren Buffett hampir selalu muncul ketika kita berbicara tentang investasi, saham, atau kesuksesan finansial. Ia dikenal sebagai “Oracle of Omaha” seorang legenda investasi yang berhasil membangun kerajaan bisnis bernama Berkshire Hathaway dengan nilai triliunan dolar. Filosofinya yang sederhana namun tajam tentang nilai (value investing) telah menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia.

Namun, meskipun dikenal sebagai investor paling sukses di dunia, Warren Buffett bukanlah manusia yang sempurna. Seperti investor lainnya, ia juga pernah melakukan kesalahan besar — dan menariknya, Buffett tidak pernah menutup-nutupi hal itu. Ia justru menjadikan kesalahan-kesalahan tersebut sebagai bahan pembelajaran berharga.

Salah satu kesalahan terbesarnya bahkan berkaitan langsung dengan perusahaan yang kini menjadi simbol kesuksesannya: Berkshire Hathaway.

Awal Cerita: Berkshire Hathaway Bukan Perusahaan Investasi

Berkshire Hathaway yang kita kenal sekarang adalah konglomerasi besar yang menaungi perusahaan seperti GEICO, Coca-Cola, Apple, dan BNSF Railway. Namun, pada awalnya, Berkshire Hathaway hanyalah pabrik tekstil tua di New England, Amerika Serikat.

Pada tahun 1960-an, Buffett menemukan bahwa saham Berkshire dijual dengan harga murah — bahkan di bawah nilai aset perusahaan. Sebagai penganut prinsip value investing ala Benjamin Graham, Buffett melihat peluang besar. Ia berpikir, membeli saham dengan harga di bawah nilai bukunya adalah keputusan yang cerdas.

Dengan penuh keyakinan, Buffett mulai membeli saham Berkshire Hathaway dalam jumlah besar. Namun, di sinilah kesalahan besar itu dimulai.

Keputusan Emosional yang Tidak Rasional

Buffett awalnya berniat membeli sebagian kecil saham Berkshire untuk mendapatkan keuntungan dari undervaluation. Namun, konflik pribadi membuatnya mengambil keputusan emosional yang tidak sejalan dengan prinsip investasinya.

Bermula ketika Buffett berniat menjual sebagian sahamnya kepada manajemen Berkshire. Ia dan pemilik perusahaan saat itu, Seabury Stanton, membuat kesepakatan harga pembelian kembali saham. Namun, ketika surat perjanjian datang, harga yang tertulis lebih rendah dari kesepakatan lisan mereka.

Buffett merasa dikhianati. Dengan emosi, ia memutuskan untuk membeli lebih banyak saham Berkshire Hathaway agar bisa mengambil alih perusahaan dan memecat Stanton. Dalam waktu singkat, ia menjadi pemegang saham mayoritas dan menguasai Berkshire.

Namun setelah itu, Buffett sadar: ia baru saja membeli perusahaan yang salah.

Industri Tekstil yang Tidak Menguntungkan

Setelah mengambil alih Berkshire Hathaway, Buffett berusaha keras untuk mengembalikan kejayaan bisnis tekstil tersebut. Ia menginvestasikan waktu, uang, dan sumber daya besar untuk membuat pabrik itu efisien dan kompetitif.

Sayangnya, kenyataan pasar berkata lain. Industri tekstil di Amerika Serikat saat itu sedang mengalami kemunduran besar akibat kompetisi dari luar negeri yang menawarkan biaya produksi lebih murah. Tidak peduli seberapa efisien ia mencoba mengelola perusahaan, margin keuntungannya tetap menurun dari tahun ke tahun.

Dalam surat tahunannya kepada pemegang saham, Buffett dengan jujur mengakui bahwa keputusan membeli Berkshire Hathaway adalah kesalahan investasi terbesar dalam hidupnya. Ia menulis:

“Jika saya hanya membeli perusahaan yang benar-benar bagus daripada pabrik tekstil yang murah, hasil saya akan jauh lebih baik.”

Kesalahan itu membuat Buffett kehilangan ratusan juta dolar potensi keuntungan — uang yang seharusnya bisa diinvestasikan ke bisnis yang lebih produktif seperti asuransi atau perusahaan konsumsi.

Pelajaran dari Kesalahan Berkshire Hathaway

Meskipun keputusan membeli Berkshire adalah kesalahan besar, Buffett tidak menyesalinya sepenuhnya. Dari kegagalan tersebut, ia mendapatkan pelajaran mendalam yang kemudian membentuk prinsip investasinya di masa depan.

Beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik antara lain:

a. Jangan Biarkan Emosi Mengendalikan Keputusan

Buffett membeli Berkshire karena marah, bukan karena pertimbangan rasional. Padahal, keputusan investasi yang baik harus selalu berdasarkan analisis logis, bukan dorongan perasaan. Ia sering mengingatkan investor lain untuk “Be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful.” Namun, pada kasus Berkshire, justru emosinya yang menang.

b. Jangan Tertipu Harga Murah

Harga saham yang murah tidak selalu berarti bagus. Buffett belajar bahwa membeli perusahaan bagus dengan harga wajar lebih baik daripada membeli perusahaan buruk dengan harga murah. Prinsip inilah yang kemudian menjadi dasar pendekatannya ketika berinvestasi di perusahaan seperti Coca-Cola dan Apple.

c. Fokus pada Bisnis yang Dipahami

Industri tekstil bukan bidang yang benar-benar ia pahami. Buffett menyadari pentingnya berinvestasi pada bisnis yang modelnya jelas, produknya dimengerti, dan prospeknya berkelanjutan. Karena itu, ia kemudian lebih fokus pada sektor yang ia pahami dengan baik — seperti asuransi, konsumsi, dan keuangan.

Baca juga artikel menarik lainnya: 5 Aturan Warren Buffett yang akan Membuat Kamu Kaya

Transformasi Berkshire: Dari Tekstil ke Konglomerasi Dunia

Alih-alih menutup Berkshire Hathaway, Buffett memutuskan untuk mengubah arah bisnis perusahaan. Ia menjadikan Berkshire sebagai kendaraan investasi utama, dengan membeli perusahaan lain yang lebih menjanjikan.

Salah satu langkah pentingnya adalah membeli National Indemnity Company, perusahaan asuransi yang kemudian menjadi sumber dana besar bagi ekspansi Berkshire. Dari sana, Buffett mulai membeli saham perusahaan-perusahaan hebat seperti:

  • Coca-Cola

  • American Express

  • Moody’s

  • Apple

  • See’s Candies

Keputusan strategis ini mengubah Berkshire Hathaway dari pabrik tekstil yang merugi menjadi konglomerasi global bernilai lebih dari 800 miliar dolar AS. Ironisnya, kesalahan awalnya justru menjadi fondasi kesuksesan jangka panjang.

Kesalahan Lain yang Diakui Buffett

Selain Berkshire, Buffett juga pernah mengakui kesalahan investasi lainnya. Misalnya, ia menyesal tidak membeli saham Amazon dan Google di masa awal. Ia mengaku tidak memahami model bisnis teknologi saat itu, sehingga memilih menjauh. Namun, ia menganggap kesalahan tersebut sebagai bagian dari disiplin investasinya: hanya berinvestasi pada hal yang benar-benar ia pahami.

Dalam wawancara, ia pernah berkata dengan rendah hati:

“Saya membuat kesalahan setiap hari. Tapi kuncinya adalah tidak mengulangi kesalahan yang sama dua kali.”

Filosofi Penting dari Kesalahan Buffett

Dari perjalanan panjangnya, Buffett mengajarkan bahwa kegagalan adalah guru terbaik. Tidak ada investor sukses yang tidak pernah salah. Justru melalui kesalahan, seseorang bisa tumbuh dan memperbaiki strategi ke depan.

Bagi Buffett, kesalahan membeli Berkshire Hathaway adalah biaya belajar paling mahal yang justru membuka jalan menuju kesuksesan sejati. Jika ia tidak membeli perusahaan itu, mungkin tidak akan ada konglomerasi Berkshire seperti sekarang ini.

Kesalahan itu mengajarkan dunia bahwa bahkan investor paling hebat pun bisa keliru. Namun, perbedaannya terletak pada bagaimana mereka mengakui, belajar, dan beradaptasi dari kesalahan tersebut.

Kesalahan Bukan Akhir, Tapi Awal Kesuksesan

Kisah Warren Buffett dan Berkshire Hathaway mengingatkan kita bahwa tidak ada jalan lurus menuju sukses. Bahkan sang legenda investasi pun pernah tersandung oleh keputusannya sendiri. Namun, dari kesalahan itu, ia belajar untuk menjadi lebih bijak, lebih sabar, dan lebih disiplin.

Dalam dunia investasi dan juga kehidupan, kesalahan bukanlah akhir. Justru di sanalah awal dari kebijaksanaan yang sejati. Buffett telah membuktikan bahwa satu keputusan buruk tidak menentukan seluruh perjalanan hidup, selama kita mau belajar dan memperbaikinya.

Apakah Kamu ingin menyeimbangkan risiko sambil memastikan pertumbuhan aset Kamu tetap terjaga? Mulailah langkah cerdas hari ini dengan Deposito Online Bank Sinarmas, solusi investasi aman, praktis, dan menguntungkan yang dapat Kamu kelola sepenuhnya secara digital melalui SimobiPlus atau Internet Banking.

 

📈 Keunggulan yang dapat Kamu nikmati

  • Suku bunga spesial lebih tinggi dari tabungan biasa

  • Jangka waktu fleksibel mulai dari 1 sampai 36 bulan

  • Penempatan mulai dari hanya Rp500.000

  • Tanpa biaya penalti ketika pencairan sebelum jatuh tempo

  • Bisa dibuka kapan saja & di mana saja,cukup dari gadget Kamu

  • Aman & terpercaya karena Bank Sinarmas berizin dan diawasi oleh OJK & BI, serta dana deposito dijamin oleh LPS sesuai ketentuan.

👉 Klik di sini untuk membuka Deposito Online Bank Sinarmas sekarang juga atau salin dan tempel tautan ini ke browser Kamu:

 

Yuk, segera lakukan, karena waktu terbaik untuk memulai adalah hari ini dan kesempatan terbaik untuk berinvestasi adalah sebelum kamu menundanya lagi.

Date Create : 17/10/2025
Bagikan          
flb
logobsim
Kantor Pusat Sinar Mas Land Plaza
Jl. M.H Thamrin kav 51,
Menara 1, Lantai 1 & 2,
Jakarta 10350 - Indonesia
Bank Sinarmas CARE 1500153
(021) 501 88888 Media Sosial Kami facebook     instagram     twitter     tiktok     youtube    
PT. Bank Sinarmas Tbk. berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) serta merupakan peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Maksimum nilai simpanan yang dijamin LPS
per Nasabah per bank adalah Rp2 miliar.
Untuk mengetahui tingkat suku bunga penjaminan LPS dapat dilihat di sini

Link
Sinarmas Asset Management Terbaik Investasi Reksadana
Sinarmas Sekuritas Terbaik Online Trading Investasi Saham
Bank Nano Syariah


© 2018 PT. Bank Sinarmas Tbk.